Sejujurnya, gue nggak tau harus mulai menulis dari mana. I did try, dan selalu berakhir di tombol “discard draft”. Bukannya nggak mau nulis, tapi hati ini rasanya nggak sanggup. Terus sekarang udah sanggup? Well, nggak juga sih, tapi gue tau bahwa cepat atau lambat gue harus nulis tentang ini. Mungkin gue bisa mulai dengan ini:
Dearest family and friends,
We are sad to inform that our youngest family member Flossy has gone to the rainbow bridge this morning, February 23rd 2014 at 10 AM after 2 nights at the vet.
We apologize on behalf of his name, if during his short days on earth he might have done something that caused you guys upset or in trouble. Kindly remember him and his fighting spirit whenever you feel like giving up on yourself.
The mourning family,
Sony, Achie, Bravo
…
8 Desember 2013, gue dan Sony bawa pulang Frosty WinterFall, anak anjing belang tiga umur 2 bulanan dari shelter. Gak sabar pengen dia cepet2 gede supaya bisa main sama Bravo. Gak sabar pengen dia cepet2 gede supaya bisa diajak jalan: gue bawa Bravo karena kami berdua kalau jalan cepet banget, Sony bawa Frosty karena dia jalannya lambat. Bravo sih seneng banget, dan langsung keliatan dia sayang banget sama adiknya walaupun masih keliatan ada sedikit rasa iri karena dia bukan lagi anak satu2nya. :’)
Frosty WinterFall
20 Desember 2013, Frosty vaksin E4 bareng sama Bravo yang operasi angkat tumor di mata kanan. He was a very good boy, nggak nangis sama sekali waktu disuntik. Sepanjang jalan Jakarta-Bogor-Jakarta juga banyak tidur, pas bangun juga ceria banget. Nggak ada tanda2 sakit sama sekali. Dokter bilang vaksin diulang tanggal 20 Januari.
the cutest mongrel on earth
Beberapa hari setelah vaksin, mulai keliatan perutnya membesar. Abnormal. We all know that. Kebetulan tepat seminggu setelah vaksin memang harus balik ke dokter karena Bravo lepas jahitan, sekalian lah pikir kami. Sementara itu, kami sempat jalan2 ke kebun teh Gunung Mas di Puncak sama Maldi, Rara, dan Missy. Pulang dari sana, masih sempat ke shelter yang akhirnya Maldi dan Rara bawa pulang anak anjing lagi untuk di-foster tapi akhirnya diadopsi juga, Troy.
family portrait
Di hari Sophie nggak ada, siangnya kami ke dokter. Diagnosisnya adalah pembengkakan liver dan perutnya isi cairan. Disuntik, dikasih resep juga untuk ditebus. Aduh, antibiotik. Gue bukannya mau sok2 jadi ibu2 RUM (Rational Use of Medicine, cmiiw), tapi ngilu lho ini anak anjing belum juga 3 bulan udah harus kena antibiotik. Tapi mau gimana lagi, demi kesembuhan dia juga kan. Dokter juga saranin untuk ganti namanya, kurang hoki katanya. Well, okay, we then changed the name into Flossy BrentWood.
isn’t he lovely? :’)
Pelan tapi pasti perutnya mulai mengecil, kembali normal. Flossy mulai memanjang, mulai aktif, mulai pecicilan. Hati orang tua mana yang nggak senang? Sampai di akhir bulan Januari, Flossy diare. Awalnya gue dan Sony pikir oh masuk angin habis mandi. Dibawa ke dokter dekat rumah. Nggak mungkin dibawa ke Bogor cuma untuk periksa, kasihan anaknya capek di jalan. Dikasih obat untuk setiap habis diare. Seminggu, dua minggu, diarenya on-off. Dibawa ke dokter lagi, katanya infeksi bakteri. Dikasih antibiotik (lagi!!), I feel like shattered into pieces, aduh anak gue kena obat lagi, antibiotik lagi, kapan gedenya? Ditambah lagi, badannya tambah kurus, gak peduli sebanyak apapun makanan yang dia makan. Ke mana semua nutrisi yang kamu makan nak?
getting skinnier
Gue dan Sony jadi sering berantem, we both got frustrated, nggak tahu harus gimana. Mau bawa ke dokter yang jauh gak tega sama anaknya di jalan. Mau beli makanan yang organik yang mahal itu mikir berkali2. Pertama, sayang uangnya sih, kedua iya kalau anak ini doyan. Dikasih makanan premium waktu itu aja dilepeh. Ya sudahlah makan ayam rebus aja ya nak. As a couple, gue dan Sony gak punya waktu untuk kami berdua. Stres? Iya banget. Hati ini tenang kalau Flossy makannya lahap, dan pas dia tidur di pelukan kami. I often cried at night, questioning why and what did I do wrong to him.
😦
20 Februari 2014, Flossy sepagian gak diare, pup normal, dan makannya lahap. Sony dan gue pergi berdua, just to have a date. Udah lama nggak kencan, dimaafin ya, kalian yang udah jadi orang tua pasti ngerti perasaan kami. We long for being together just the two of us without the kids. Pulangnya, Flossy diare lagi. Semaleman diare dan muntah masing2 4 kali. Sony cried through the night, Bravo didn’t want to be close to his brother, dan gue baru dikasih tahu besok paginya.
21 Februari 2014, pagi2 Flossy dibawa ke dokter Nyomie. Tes parvo dan distemper, semua negatif. Cek tanda2 fisik, positif tick fever atau parasit darah. Sempat diare tapi udah kehitaman. Langsung transfusi (dan untungnya ada donor langsung cocok. Terima kasih banyak Olla), lalu infus. He was so weak, nggak bisa angkat kepala, hanya bisa ngelirik kalau dipanggil. My mom cried when she saw him.
Sorenya, gue dan Sony balik ke dokter untuk bawa Bravo tes, tadinya dokter nggak mau tes karena tanda2 fisik baik semua dan anaknya masih pecicilan gak bisa diem dan genit deketin Olla si beagle cantik. Ternyata tesnya positif jadi harus dapat obat, terus basmi semua kutu2 yang ada. Untungnya memang udah dibotakin karena jamur, jadi lumayan lah tempat kutunya ngumpet udah gak ada. Flossy sempat dibawa ke luar juga, dan udah bisa angkat kepalanya, udah bisa nyium bau wet food juga, mau makan walaupun disuapin sama dokter. Gue sempet bilang,
Baby, pulang yuk. Kamu gak bosen di sini sendirian? Pulang yuk main sama abang.. Remember I owe you a red hot Flexi leash just like abang’s?
Flossy looked at me in the eye, he nod once and smiled. But it was the strangest smile I’ve seen from him. Feeling gue nggak enak. But I don’t know why.
😦
22 Februari 2014, nggak sempat jenguk Flossy karena gue kuliah sampai sore banget dan gue sama Sony juga kecapean karena kurang tidur. Niatnya jenguk hari minggu sore, pulang dari pergi.
23 Februari 2014, pagi2 gue udah males banget mau pergi, badan rasanya meriang dan bawaannya pengen jenguk Flossy. Tapi apa daya memang harus pergi. Sepanjang perjalanan gue gelisah banget. Di tengah jalan menuju lokasi kedua, kira2 jam 11, dokter Nyomie kirim BBM ke Sony.
Pagi ini RIP, tampaknya kerusakan organ udah terlalu berat.
Langsung putar balik ke tempat dokter, ambil jasad Flossy. Gue mau mandiin dia dan puas2in peluk cium dia sebelum harus say good bye untuk yang terakhir kalinya. Kata dokter, dia nggak ada sekitar jam 10an. Habis disuapin makan, dia tidur dan dokter naik ke lantai atas. Pas turun jam 11 udah nggak ada.
Sampai sana, jasadnya masih lemas, belum rigor mortis. Gue whatsapp-an sepanjang jalan sama Icha dan sempat telepon Maldi sama Rara, and they were speechless it was a damn short phone call. Setelah say thank you dan bayar vet bills, kami pulang ke rumah. Di jalan gue sibuk mikirin mau ngomong apa sama Bravo. I feel like a failed mom now that my kid just died like that.
Sampai rumah, Bravo lagi nungguin di sofa bed, dari jendela kelihatan mukanya cemas. Begitu liat gue masuk rumah, Bravo nyamperin dan excited cium2 pet carrier yang gue pakai untuk bawa Flossy. Dia lompat2, endus2, tapi bingung karena ada bau adiknya tapi nggak ada respon. Gue taruh pet carrier di lantai, gue keluarin jasad Flossy yang udah dibungkus koran sama dokter. Bravo endus2 lagi, lalu jasad Flossy didorong pakai hidungnya. Nggak ada respon. Then he tried again. And again. And again.
He stared at me questioningly, totally confused why his little brother is wrapped and cold and not moving. Dengan berat hati, gue bilang, “Bang, he’s gone”. Bravo nutup mata, shaking his head, dan dia nangis di pelukan gue. I can sense the anger, the sadness, all the mixed feelings battling inside him. I can do nothing but hug him hard and kiss him. Nggak tahu siapa yang berusaha menguatkan siapa. Both of us were destroyed that day.
Gue lalu mandiin Flossy, sengaja gue guyur hidungnya, I wanted him to cry, I wanted him to wake up and it’s all just a joke he’s playing at us. I stroke every inch of his body, making sure he’s in my memory forever. I didn’t cry, maybe I was too tired and too sad to cry. Bravo was there when I bathed Flossy, but he didn’t want to look at his brother. His mind is wandering away somewhere else. We exchanged look several times, he’s crying, but he tried to reassure me that everything’s going to be okay. Hah, like I can trust you with that face, boy. We are sad, all of us, don’t pretend to be okay.
I dried Flossy and was absorbed in the moment, karena ini terakhir kalinya gue bisa gendong2 dia, mandiin dia, keringin dia. Setelah kering dan nunggu Sony selesai gali lubang untuk ngubur, gue kirim berita duka via whatsapp, sms, dan Instagram. Respon yang datang sungguh di luar dugaan gue, banyak banget orang yang nyempetin untuk komentar dan balas whatsapp gue. Banyak banget orang yang patah hati dan sedih. Liat sayang, banyak banget orang yang sayang sama kamu nak. Banyak banget orang yang doain kamu, banyak banget yang ikut sedih karena kamu nggak ada. You are missed, baby.
he looks like he’s sleeping :’)
Gue pakein Flossy baju yang baru gue jahit untuk dia tepat seminggu sebelumnya. He loved it and was so sad because it got wet by his pee. Anak ini ternyata suka warna ungu, kayak mommy-nya, and it broke my heart even more. Gue bungkus dia di selimutnya, dan minta Sony yang taruh di kuburannya, I’m not that strong. We put him in his sleeping position, karena memang dia keliatan kayak lagi tidur. Dan anehnya, ketika dia dikubur jam setengah 3 sore, badannya masih lemas. Sama sekali nggak ada rigor mortis. Hanya dingin. Not alive. This is not Flossy, this is not my baby. My baby is warm, my baby is smiling shyly, my baby is alive..
I cried for several days after that. I’ve experienced mixed feelings karena selain sedih banget kehilangan anak yang biasa nemenin gue begadang ngerjain tesis, gue lega dia udah nggak sakit lagi. But still, this is hard for me. Nggak kebayang suatu hari nanti gue harus ngerasain hal serupa ketika Bravo habis waktunya di bumi. 😦
Terima kasih banyak Flossy BrentWood, selama kurang lebih 2.5 bulan kamu di sini, kamu udah ngajarin mommy, papaw, dan abang Bravo banyak hal. Most importantly, you taught us to not giving up no matter how many times you’ve been judged by people out there. Kamu terus fight, meskipun akhirnya kamu sampai juga di batas perjuangan kamu. Tapi kamu akan selalu ada di hati orang2 yang kenal kamu sebagai anak yang nggak pernah menyerah. You’re such a stubborn yet sweet kid for all of us.
Thank you for letting us be your family in a very short time. You are missed. So much.
so long, baby.. :’)
And now, 2 weeks after you’re gone, your smell is fading away from the house. But I can still remember how your collar jingling when you shake your body, I can still see your wagging tail greeting me when I open the front door, I can still remember cuddling you in my arms, and whenever I sleep in the car, I can still feel you sleeping on my chest and my neck. You might have been gone to the rainbow bridge, but your memories remain here with us.
I have talked to Sony, dan kami memutuskan untuk sementara nggak mau punya puppy dulu, entah sampai kapan. Pastinya mau berusaha supaya Bravo sembuh dulu, yang mana obatnya perlu diminum selama 3 bulan kurang lebih untuk menghilangkan semua parasit yang ada di darahnya. Kemarin sempat ditawari adopsi lagi sama seseorang, we have met the dog, and the three of us love her so much, but no thanks. It takes time to heal our broken heart, dan kami mau ketika kami adopsi lagi, ya karena kami benar2 jatuh cinta sama anjingnya. I think the same goes with breaking up, you don’t go around seeking another boyfriend or girlfriend to replace the ex, right? Nanti jadinya gak sayang apa adanya dong dan malah berharap yang baru akan bisa seperti yang lama. Nope, Flossy cuma satu, dan gak akan bisa diganti sama siapapun.
So, now, here we are, just the three of us again, just like what we used to be. But this time, there’s an angel watching us from above. We love you, Flossy BrentWood/Frosty WinterFall. Always have, always do, always will.